XENOBIOTIK

  • Xenobiotik Oleh Yayat Dhahiyat & Fiddy S. Prasetiya
  • 2. Xenobiotik  Yaitu bahan asing bagi tubuh organisme, yang antara lain adalah racun.  Klasifikasi racun menurut sumber:  Sumber alamiah/buatan, membedakan racun asli yg berasalkan fauna dan flora, dan kontaminasi organisme dengan berbagai racun berdasarkan lingkungan seperti bahan baku industri yang beracun  Sumber berbentuk titik, area dan bergerak, biasanya dipergunakan orang yg berminat melakukan pengendalian  Sumber domestik, komersial dan industri, yang lokasi sumbernya, sifat dan jenisnya berbeda.
  • 3. Klasifikasi racun menurut wujud  Wujud pencemar dapat bersifat padat, cair dan gas, karena efeknya yang berbeda, misal:  Gas dapat berdifusi, sehingga menyebar lebih cepat daripada cairan dan zat padat  Gas dan padatan yang sangat halus akan cepat menimbulkan efek dan apabila konsentrasi masyarakat di tempat tersebut padat, maka efeknya akan drastis  Ukuran pencemar, bentuk dan densitas, serta komposisi kimiawi dan fisika sangat erat hubungannya dengan wujud. Hal ini akan memberikan petunjuk:  Mudah tidaknya suatu pencemar memasuki tubuh host dan  Cepat tidaknya menimbulkan efek  Seberapa jauh efek yg dapat ditimbulkan
  • 4. Klasifikasi racun berdasarkan sifat Kimia-Fisika  Klasifikasi ini sering digunakan untuk bahan beracun:  Korosif  Radioaktif  Evaporatif  Eksplosif  Reaktif  Semua ini menghendaki penanganan, transportasi dan pembuangan yang berbeda, karena bahaya yang ditimbulkan akan berbeda:
  • 5. Klasifikasi berdasarkan terbentuknya pencemar/Xenobiotik  Pencemar primer, pencemar yang terbentuk dan keluar dari sumber  Pencemar sekunder, pencemar primer yg mengalami transformasi pertama di lingkungan  Pencemar tersier, pencemar (sekunder) yang melewati proses transformasi lebih dari satu kali  Pencemar sekunder dan seterusnya dapat menjadi lebih toksik ataupun kurang toksik dari pencemar primer
  • 6. Klasifikasi berdasarkan efek kesehatan  Fibrosis atau terbentuknya jaringan ikat secara berlebih  Granuloma atau didapatnya jaringan radang yang kronis  Demam atau temperatur badan melebihi normal  Asfiksia atau keadaan kurang oksigen  Alergi atau sensitivitas yang berlebih  Kanker atau tumor ganas  Mutan adalah generasi yang secara genetik berbeda dari induknya  Cacat bawaan akibat teratogen  Keracunan sistemik, yakni keracunan yang menyerang seluruh anggota tubuh
  • 7. Klasifikasi berdasarkan kerusakan/ organ target  Hepatotoksik atau beracun bagi hepar/hati  Nefrotoksik atau beracun bagi nefron/ginjal  Neurotoksik atau beracun bagi neuron/saraf  Hematotoksik atau beracun bagi darah/sistem pembentukan sel darah  Pneumatoksik atau beracun bagi pneumon Klasifikasi atas dasar hidup/matinya racun  Biotis, zat hidup dapat berkembang biak bila lingkungannya mengizinkan  Abiotis, dapat berubah menjadi berbagai senyawa
  • 8. Racun Biotis atau Biotoxin  Biotoxin dapat berupa:  Racun asli, yaitu biota itu sendiri yang beracun, ex.:  Organisme itu sendiri beracun bagi manusia dan organisme lain yang memakannya  Racun itu sengaja dimasukkan ke dalam tubuh organisme lain sebagai mekanisme defense biota  Racun tidak asli/sekunder, yaitu racun pada biota akibat kontaminasi dengan bahan beracun  Biotoxin:  Mikroba  Tanaman  Hewan
  • 9. Racun mikroba  Racun dalam mikroba dapat berupa racun yang dibuat oleh mikroba itu sendiri ataupun dapat berupa sisa metabolismenya/metabolit  Mikroba pembentuk racun:  Vibrio cholerae  Clostridium botulimun  Pseudomonas cocovenans  Staphylococcuc aureus  Mycotoxin  Algaltoxin  Racun yang berupa metabolit organisme:  Ammonia  Nitrat, nitrit  CO2, CO2, derivatif sulfur
  • 10. Racun biotis  Racun biotis ada yang disebut exo- dan endo-toksin  Perbedaan utamanya, exotoksin dibuat dan dikeluarkan dari tubuhnya oleh bakteri semasa masih hidup serta sehat, dan efeknya bisa dirasakan di organ yang sangat jauh  Exotoksin Streptpcoccus haemolyticus, dapat dirasakan efeknya pada semua persendian dan jantung, sedangkan endotoksin hanya didapat apabila terjadi kehancuran sel bakteri
  • 11. Perbedaan endotoksin dan exotoksin Karakteristik Endotoksin Exotoksin Pelepasan toksin Lisis sel Sel yang baik Komposisi Protein = Antigen Polisakarida = Zat imun Lipida = toksin Protein Neutralisasi Homolog; negatif Positif Termostabilitas Lebih stabil Kurang stabil Pewarnaan Gram Negatif Positif Toksisitas Kurang toksik Lebih toksik
  • 12. Vibrio chloreae  Bakteri penyebab cholera ini memasuki tubuh manusia lewat makanan dan/atau minuman, masuk ke dalam usus halus  Vibrio membuat toksin yang disebut enterotoksin, karena meracuni usus, khususnya usus halus  Toksin ini terdiri atas protein yang terdiri atas 3 polipeptida A, A dan B  Toksin mengaktivasi adenylcylase, sehingga ion Na tidak dapat terserap usus  Menyebabkan keluarnya ion Cl ke dalam lumen usus
  • 13. Clostridium botulinum  Penyebab Botulism, keracunan makanan  Gejala setelah terjadi masa tunas selama 24 jam – 7 hari  Dapat menyebabkan mata tidak dapat fokus, kelemahan otot yang berakhir dengan paralisis tungkai bahkan kematian  Karakteristik bakteri:  Gram positif, membentuk spora  Temperatur optimum: 5-42.5°C  pH optimum: 5.5-8  Spora resisten terhadap panas diatas 120°C
  • 14. Clostridium botulinum  Strain bakteri yang terkenal diantaranya:  A* = didapat terutama pada buah, sayur, daging, ikan dan kalengan  B* = didapat terutama pada daging babi  C = didapat pada sayuran busuk, larva lalat, pakan ternak, bangkai, hati babi  D = didapat pada bangkai  E* = didapat pada ikan mamalia laut dan ikan mentah  F = Didapat terutama pada pasta hati  Toksin bakteri disebut botulin dengan LD50 = 0.5 µg  Botulin dapat dihancurkan pada suhu 80-100°C selama 10 menit  Toksin bakteri labil terhadap panas; berupa protein dan hanya keluar pada saat sel pecah atau lisis
  • 15. Clostridium tetani  Habitat: tanah terbuka, dan hidup komensal pada usus kuda  BM toksin C. tetani sama dengan toksin C. botulimun = 150000  C. tetani tumbuh di dalam luka- dalam yang aerobik  Organ target: sinap saraf, khususnya terikat pada lipid ganglion  Gejala: kontraksi menerus, kejang otot, paralisis yang kaku
  • 16. Pseudomonas cocovenans  Terkenal di Banyumas, Jawa Tengah akibat kontaminasi P. cocovenans pada tempe bongkrek  Gejala: terjadinya hiperglikemia, kematian  Asam bongkrek (C28H38O7) merupakan inhibitor fosforilasi oksidatif, sehingga pembentukan ATP terhambat  LD50 asam bongkrek pada mencit secara intravena: 1.4 mg/kg
  • 17. Staphylococcus aureus  Karakteristik:  Gram + pada usia 18-24 jam, selanjutnya menjadi variabel  Habitat: kulit, nesofarings, air susu, tinja, air buangan  Temperatur optimum: 35-37°C  Bersifat fakultatif anaerob  Bersifat katalase positif dan oksidasi negatif  Toksin berupa enterotoksin  Gejala keracunan timbul setelah masa tunas 6-8 jam, terjadi secara akut  Pencegahan sulit karena termostabil
  • 18. Corynebacterium diphtheriae  Penyebab penyakit Diphterie, sering menyerang anak-anak  Sangat menular, menyerang saluran pernafasan dan kulit  Karakteristik:  Exotoksin dibuat oleh bakteri aerob  Diptheria toksin dieksresikan sebagai polipeptida tunggal  BM: 72 000 dengan 535 asam amino  Dosis letal pada mencit: 1 µg
  • 19. Mikotoksin  Claviceps purpurea  Jamur parasit dalam butiran gandum  Membuat toksin ergot penyebab ergotisme  Jamur membentuk spora; terbawa angin atau serangga  Gejala:  Keracunan akut: mual, muntah, diare, keguguran, pingsan dan kematian  Keracunan kronis: kelainan pada otot, terasa berat dan nyeri pada saat berjalan
  • 20. Aspergillus flavus  Karakteristik:  Membuat aflatoksin yang bersifat karsinogenik  A. flavus membentuk aflatoksin B-1 (AFB-1) yang merupakan metabolit sekunder jamur tsb (C17H12O6)  Didapatkan pada makanan yang membusuk  Dapat mengakibatkan kematian  Toksin memasuki tubuh dengan makanan per oral, mudah larut dalam air dan diabsorpsi lewat usus
  • 21. Fusarium roseum  Karakteristik:  Mensintesa zearalenone, racun poten yang bersifat estrogenik  Zearalenone merupakan kontaminan jagung, gandum, dll  Ingesti racun pada babi menyebabkan pembesaran mammae, vulva, prolaps vagina, atrofi testes, infertilitas  Mekanieme keracunan: berkompetisi dengan reseptor estradiol  Zearalenone mudah dikeluarkan lewat urine
  • 22. Fusarium tricinctum  Karakteristik:  Sering terdapat pada jagung dan gandum  Memproduksi toksin Mycotoxin T-2 (trikotesena); LD 4 mg/kg  Keracunan terjadi setelah masa tunas 1-12 jam  Gejala: pusing, mual, muntah, kulit melepuh, diare, pendarahan dan akhirnya kematian  Efek keracunan berupa inhibisi sintesa DNA, RNA dan protein dalam beberapa sistem seluler
  • 23. Racun algae  Pyrrophyceae  Algae beracun berwarna merah  Laut merah ‘red tide’; saat terjadi ini organisme laut terutama kerang- kerangan tidak dapat dikonsumsi  Keracunan algae melalui Dinoflagellata pada kerang sering terjadi di Malaysia, Filipina, Venezuela dan Indonesia  Case Fatality Rate (CFR) berkisar antara 2-14%  Species yang sering meracuni manusia:  Gonyaulax polyedra, di daerah selatan  Alexandrium spp, di daerah utara
  • 24. Cyanophyceae  Microcystis, Anabaena, Aphanizomenon  Hidup di air tawar dan membuat endotoksin  Terkait dengan eutrofikasi  Fluktuasi diurnal dapat terjadi karena:  Siang terjadi fotosintesa maksimum, DO maksimum dan pH menuju 9.5. Karena toksin labil dalam alkali, terjadi pengurangan toksisitas  Sebaliknya pada malam hari
  • 25. Chrysophyceae  Merupakan flagellata bersel tunggal  Berwarna kuning coklat  Hidup di air payau dengan kadar NaCl 0.12%  Prymnesium parvum bersifat racun pada ikan  Membuat toksin hemosilin, sitotoksik, bakteriolitik dan ichtyotoksik
  • 26. Tanaman beracun  Tanda umum tanaman beracun:  Rasa pahit, getah seperti susu  Racun bisa terdapat pada buah, daun, biji dan akar  Jamur liar, tanaman dengan kuncup berlaminasi  Racun labil terhadap panas, larut dalam air,  Tanaman liar/tidak dikenal  Racun pada tanaman:  HCN pada Cassava, Acacia, Sorghum muda  Asam oksalat pada Chenopodiaceae, Rumex, Oxilidaceae  Fosfor organik pada Oxylobrium paviflorum Ex: - Jamur Amanita, Helvella, Psilocybe, Aspidium - Equisetum, Daphne, Caladium - Pakis, Atropa belladona
  • 27. Hewan beracun  Karakteristik toksin dari hewan:  Larut dalam air  Termostabil  Terkonsentrasi dalam jeroan  Daging berwarna gelap  Tidak tampak, tidak berbau, tidak berwarna  Racun terdapat pada invertebrata sampai pada mamalia  Invertebrata: Dinoflagellata, Anemons, Sea urchins, Sea cucumber, Mollusca  Arthropoda beracun: Hymenoptera, gigitannya dapat menyebabkan alergi  Vertebrata: Ikan hiu, belut, balloon fishes, swell fishes, fugu fishes, hati anjing eskimo, beruang kutub
  • 28. Racun logam  Logam = elemen yang dalam larutan air dapat melepas satu atau lebih elektron dan menjadi kation. Karakteristik logam:  Reflektivitas tinggi  Mempunyai kilau logam  Konduktivitas listrik tinggi  Konduktivitas termal tinggi  Mempunyai kekuatan dan kelenturan  Dapat dikelompokkan menjadi:  Logam berat (rho>5) dan logam ringan (rho<5)  Logam esensial dan non-esensial  Trace mineral dan non-trace mineral
  • 29. Metabolisme logam  Logam memasuki tubuh manusia lewat inhalasi ataupun oral  Logam diabsorpsi lewat gastero-intestinal, berdifusi pasif ataupun aktif ke organ target dan bertransformasi dengan berbagai senyawa logam  Logam bila tidak diakumulasi/dimanfaatkan tubuh akan dieksresikan lewat organ, ex: ginjal, usus, rambut, kuku  Usus dapat secara aktif mengeksresikan logam seperti Cd, Hg dan timah hitam dari selaput lendir  Khusus Metil-Hg, selalu bersirkulasi (entero-hepatik) sehingga dalam jumlah kecil dapat menyebabkan kerusakan yang besar
  • 30. Toksisitas logam  Toksisitas akut, tergantung pada:  Dosis tinggi sekaligus dalam waktu pendek  Waktu pemaparan pendek tetapi masif  Organ absorpsi/protal of entry memungkinkan masuk ke peredaran darah dengan cepat  Toksisitas kronis, tergantung pada:  Dosis yang tidak tinggi, tetapi paparan menahun  Gejala tidak mendadak  Organ dapat seluruhnya kena
  • 31. Racun non logam  Polisiklik hidrokarbon (PAH)  DDT, DDE, dioxin terklorinasi  Olefin terklorinasi, Bifenil terklorinasi (PCB)  Heksa Klorobenzen (HCN)  Karakteristik:  Persiten  Toksisitas tinggi

  • 32. Efek racun abiotis Efek Logam Non-logam Fibrosis Ba,Co,Fe,Mn,Zn SiO2 ,Asbestos Granuloma Be M.tbc, M.Leparae, Fungi, Parasit Demam Co,Mn,Pb,Zn Mikroba patogen Asfiksia - CO,CO2 , H2S, SO2 , NH3 CH4 Kanker Cr, (Be,Cd,Cu,Fe,Pb,Ni,S e,Ti,Tel,Va) Asbestos, Benzidin, Radiasi Pengion Sistemik Pb,Hg,Cd,Se,Ti,Tel,V a Bo,F,P Ekonomik As,Hg,Zn,Na Pestisida organik Alergi Cr,Mg,Ni Macam-macam zat organik/anorganik                     
  • Komentar

    Postingan populer dari blog ini

    MAKALAH TANAMAN AIR (GENJER)

    ULAR LAUT PERUT KUNING

    MAKALAH MEDIA MIKROBIA DAN PEWARNAAN (FPIK UB)