MAKALAH TANAMAN AIR (GENJER)
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia
merupakan salah satu negara yang tidak hanya kaya akan fauna tetapi juga flora.
Jenis Flora di Indoesia juga sangat bergam, mulai dari flora yang berhabitat di
darat hingga flora yang berhabitat di perairan. Salah satu contoh tumbuhan
Indonesia yang berhabitat di perairan adalah Genjer. Genjer di Sumatra dikenal
dengan nama haleyo dan eceng, sedangkan di Pulau Jawa dikenal dengan nama saber dan centongan. Selain itu genjer juga
memiliki nama scientific yaitu Limnocharis flava
yang banyak tumbuh dirawa
atau kolam berlumpur dengan air melimpah (Hermanto et al., 2011).
Tanaman
genjer digolongkan sebagai tanaman sayur -sayuran, dimanfaatkan oleh masyarakat
di Asia (khususnya Indonesia, Thailand
dan India) sebagai sayuran pendamping saat makan. Berdasarkan hasil penelitian Biotrop (2008), tumbuhan ini
memiliki kandungan serat dan
gizi yang tinggi sehingga baik untuk kesehatan. Jenis
tumbuhan air ini
juga mudah diperoleh di
pasar karena harganya
relatif murah dan mudah cara pengolahannya. Kandungan gizi genjer yaitu tiap
100 gram genjer
adalah energi 39
kkal, protein 1,7
g, karbohidrat 7,7 g, kalsium 62
mg, fosfor 33 mg dan zat besi 2,1 mg (Ummu, 2011).
Potensi
dan penyebaran tanaman genjer yang mudah didapatkan menjadi alasan perlu adanya
informasi yang memuat tentang tanaman jenis ini. Hal inilah yang menjadikan latar
belakang tersusunnya makalah dengan judul Tanaman Air Genjer (Limnocharis
flava). Diharapkan dengan tersusunnya makalah ini mampu menambah
wawasan kepada para pembaca tentang Genjer (Limnocharis flava). Selain itu juga diharapkan mampu
menjadikan sumber referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
maupun penelitian selanjutnya.
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan dari tersusunnya makalah dengan judul Tanaman Air Genjer (Limnocharis
flava) adalah :
1)
Mampu
mendeskripsikan tanaman Genjer (Limnocharis
flava) sebagai tanaman air.
2)
Mampu
menjelaskan habitat, karakteristik, morfologi dan ekologi dari tanaman genjer.
3)
Mampu
menjelaskan dampak adanya pertumbuhan tanaman genjer bagi perairan.
1.3 Manfaat
Adapun
manfaat dari tersusunnya makalah ini
dengan judul Tanaman Air Genjer (Limnocharis flava) adalah :
1)
Bagi
Pembaca
Diharapkan
dengan tersusunnya makalah dengan judul Tanaman Air Genjer (Limnocharis
flava) mampu menjadi sumber referensi bagi pembaca yang sedang
melakukan kajian tentang tanaman air Genjer (Limnocharis flava).
2)
Bagi
Mahasiswa dan Penulis Lain
Tersusunnya
makalah dengan judul Tanaman Air Genjer (Limnocharis
flava) diharapakan mampu menjadi
sumber referensi bagi mahasiswa ataupun penulis lain dalam pengembangan ilmu
ataupun sumber riset selanjutnya.
2.
|
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Tanaman Genjer (Limnocharis
flava)
Genjer (L.
flava) merupakan tanaman
yang hidup di
rawa atau kolam berlumpur yang
banyak airnya. Tanaman
ini berasal dari
Amerika, terutama bagian negara
beriklim tropis. Selain
daunnya, bunga genjer
muda juga enak dijadikan masakan.
Genjer cocok diolah
menjadi tumisan, lalap,
pecel, atau campuran gado-gado.
Biasanya ditemukan bersama-sama
dengan eceng gondok (Bergh 1994).
Gambar 1. Tanaman genjer (L. flava)
(Sumber:
)
Morfologi
tanaman genjer dapat dilihat pada Gambar 1. Adapun klasifikasi tanaman
genjer menurut Plantamor (2008) adalah :
kingdom :
Plantae
subkingdom :
Tracheobionta
superdivisi :
Spermatophyta
divisi :
Magnoliophyta
kelas :
Liliopsida
subkelas :
Alismatidae
ordo :
Alismatales
famili :
Limnocharitaceae
genus :
Limnocharis
spesies :
L. flava (L.) Buch
Genjer dalam
bahasa internasional dikenal
sebagai limnocharis, sawahflower
rush, sawah-lettuce, velvetleaf,
yellow bur-head, atau
cebolla de chucho. Tumbuhan ini tumbuh di permukaan
perairan dengan akar yang masuk ke dalam lumpur. Tinggi
tanaman genjer dapat
mencapai setengah meter,
memiliki daun tegak atau
miring, tidak mengapung,
batang nya panjang dan
berlubang, dan bentuk helainya
bervariasi. Genjer memiliki
mahkota bunga berwarna kuning dengan diameter 1,5 cm dan kelopak
bunga berwarna hijau (Steenis 2006).
Tanaman
genjer dapat bereproduksi secara
vegetatif dan dengan biji. Biji yang
terkandung dalam kapsul
matang atau folikel
merupakan biji yang
ringan. Kapsul yang menekuk
ke arah air,
menyediakan biji-biji untuk
dilepas. Kapsul yang kosong
dapat berkembang menjadi
tanaman vegetatif yang
membentuk tanaman inang atau mengapung untuk menetap di tempat lain.
Tanaman ini selalu berbunga
sepanjang tahun di
wilayah dengan kelembaban
yang cukup. Namun, tanaman ini
dapat menjadi tanaman
tahunan dimana kelembaban
bersifat musiman (Department of Primary Industries and Fisheries 2007)
2.2 Anatomi dan Jaringan pada Tumbuhan
Secara
umum, tubuh tumbuhan terdiri dari organ vegetatif dan merupakan organ pokok
tubuh tumbuhan yaitu akar, batang, dan daun. Akar tumbuh ke dalam tanah sehingga
memperkuat berdirinya tumbuhan.
Akar juga berfungsi
untuk mengambil air dan
garam mineral dari
dalam tanah. Seperti
halnya beberapa organ lain
pada tumbuhan, akar
juga berfungsi untuk
menyimpan makanan. Batang
memiliki daun yang berfungsi menghasilkan makanan melalui fotosintesis dan mengeluarkan
air melalui proses respirasi. Selain itu, batang berperan untuk lewatnya hasil
fotosintesis dari daun keseluruh bagian tumbuhan (Mulyani 2006).
2.2.1
Daun
Daun termasuk dalam organ pokok pada tubuh
tumbuhan. Pada umumnya berbentuk
pipih bilalateral, berwarna
hijau, dan merupakan
tempat utama terjadinya fotosintesis
(Sumardi et al. 2006).
Fungsi utama daun
adalah melakukan fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dengan
memanfaatkan matahari. Fotosintesis terjadi di dalam organel sel khusus yang
disebut kloroplas, yang di dalamnya
terdapat pigmen klorofil.
Struktur luar dan
dalam daun berkaitan dengan
perannya dalam proses
fotosintesis dan transpirasi.
Daun biasanya rata dan tipis sehingga memudahkan masuknya sinar matahari
ke dalam sel. Luasnya permukaan
daun juga memungkinkan
terjadinya pertukaran gas (Mulyani 2006). Secara umum
daun terdiri dari
sistem jaringan dermal,
yakni epidermis, jaringan
pembuluh dan jaringan dasar yang disebut mesofil. Model penampang 3 dimensi jaringan pada daun
dapat dilihat pada Gambar 2.
1)
Epidermis
Epidermis
daun dari tumbuhan
yang berbeda beragam
dalam hal jumlah lapisan, bentuk,
struktur, susunan stomata,
penampilan, dan susunan
trikoma, kutikula Epidermis atas Epidermis bawah Bunga karang Palisade Xilem Floem Pembuluh daun
Celah utama Celah utama Ruang kosong sub stomata Sel penutup serta adanya
sel khusus. Struktur
daun biasanya pipih.
Jaringan epidermis atas berbeda
dengan epidermis bawah.
Permukaan atas daun
disebut permukaan adaksial dan
permukaan bawah disebut
abaksial (Mulyani 2006).
Sifat penting daun adalah
susunan selnya yang
kompak dan adanya
kutikula dan stomata. Stomata bisa ditemukan di kedua sisi
daun (daun amfistomatik), atau hanya pada satu
sisi, yakni pada
sebelah atas atau
adaksial (daun epistomatik)
atau hanya lebih sering di
sebelah bawah atau sisi abaksial. Letak stomata tersebar pada daun yang lebar kelompok dikotil. Stomata sering
tersusun dalam deretan memanjang yang
sejajar dengan sumbu daun pada monokotil dan gymnospermae. Sel penutup pada
stomata dapat berada di tempat yang sama tingginya, lebih tinggi, atau lebih
rendah dari epidermis (Hidayat 1995).
Epidermis
tumbuhan air tidak berfungsi untuk
perlindungan, tetapi untuk pengeluaran zat makanan, senyawa air, dan pertukaran
gas. Kutikula dan dinding selnya sangat tipis.
Sel epidermis berisi
kloroplas. Daun yang
mengapung mempunyai stomata hanya
pada permukaan atas
daun. Daun yang
tenggelam biasanya tidak mempunyai
stomata. Beberapa tumbuhan
air yang tenggelam mempunyai sekelompok
sel yang disebut
hydropotes, yang berfungsi
untuk memudahkan
pengangkutan air dan
garam ke luar dan
ke dalam tumbuhan. Hidrofit yang tenggelam mempunyai
sangat sedikit sklerenkim atau bahkan tidak mempunyai sklerenkim (Mulyani
2006).
2)
Jaringan Pembuluh
Sistem jaringan pembuluh tersebar di seluruh
helai daun dan menunjukkan adanya hubungan ruang yang erat dengan mesofil.
Jaringan pembuluh membentuk sistem
yang saling berkaitan,
dan terletak dalam
bidang median, sejajar
dengan permukaan daun. Berkas
pembuluh daun biasanya
disebut tulang daun
dan sistemnya adalah sistem tulang daun (Hidayat 1995). Jaringan
pembuluh bersama jaringan non pembuluh disekelilingnya sering dinamakan tulang
daun atau vena. Ada tumbuhan yang mempunyai tulang daun tunggal, misalnya pada coniferalas dan equisetum.
Pteridophyta tingkat tinggi
dan sebagian besar
angiospermae mempunyai
sejumlah tulang daun.
Susunan tulang daun
pada daun disebut pertulangan daun atau
venation(Mulyani 2006).
Angiospermae
memiliki empat tipe pertulangan daun, yaitu menyirip atau reticulate, sejajar
atau pararel, menjari
atau pelmatus, dan
melengkung. Tumbuhan dikotil mempunyai
pertulangan daun menyirip
dengan tulang daun yang
ukurannya berbeda, tergantung
pada tingkat percabangannya. Tumbuhan monokotil mempunyai daun dan
pertulangan sejajar. Ibu tulang daun terus melalui seluruh daun
dan hampir sejajar
dengan panjang daun.
Tulang daun yang
lain bergabung dengan ibu
tulang daun pada
bagian ujung dan
pangkal daun. Pertulangan sejajar
ini saling berhubungan
dengan ikatan yang
sangat tipis dan tersebar di seluruh helai daun (Mulyani
2006).
Daun
menunjukkan kolerasi penting antara sifat sistem pembuluh dan sifat
struktural dan jaringan
non pembuluh yang
dapat mempengaruhi konduksi.
Di antara jaringan non
pembuluh, epidermis dan
jaringan spons dapat
dianggap teradaptasi lebih baik bagi konsumsi lateral di bandingkan
dengan jaringan tiang yang hubungan selnya
terjadi dalam arah
abaksial dan adaksial.
Sesuai dengan konsep tersebut,
rasio jaringan tiang
terhadap jaringan spons
berkaitan erat dengan luas
ruang antara tulang
daun, makin besar
rasio ini makin
rapat tulang daunnya. Telah ada
bukti bahwa perluasan
seludung pembuluh yang
bersifat parenkimatis mengkonduksi air ke arah epidermis ( Hidayat
1995).
3)
Mesofil
Mesofil
daun terletak di
sebelah dalam epidermis
dan tersusun dari jaringan parenkim. Bentuk sel parenkim
antara lain polihedral, sel dengan lipatan atau
tonjolan, bentuk bintang,
ataupun memanjang. Bentuk
dan susunannya itu menyebabkan parenkim memiliki ruang-ruang
antar sel. Umumnya sel parenkim berdinding
tipis tetapi ada
juga yang berdinding
tebal. Dinding tebal
ini merupakan tempat terakumulasinya hemiselulosa
sebagai cadangan makanan. Mesofil mengalami
diferensiasi menjadi jaringan
palisade dan bunga
karang (Bold et al. 1980).
Bagian utama helai daun adalah mesofil yang
mengandung kloroplas dan ruang
antar sel. Mesofil
dapat bersifat homogen
atau terbagi menjadi
jaringan tiang (palisade) dan jaringan spons (bunga karang). Jaringan
tiang lebih kompak daripada
jaringan spons yang
memiliki ruang antarsel
yang luas. Jaringan
tiang terdiri dari sejumlah sel yang memanjang tegak lurus terhadap
permukaan helai
2.3 Ekologi Genjer (Limnocharis
flava)
Tanaman
genjer biasa hidup di air, sawah ataupun rawa-rawa. Tanaman ini mempunyai akar
serabut. Akar lembaga
dari tanaman ini
dalam perkembangan selanjutnya mati
atau kemudian disusul
oleh sejumlah akar
yang kurang lebih sama besar dan semuanya keluar dari
pangkal batang. Akar-akar ini bukan berasal dari calon
akar yang asli
yang dinamakan akar
liar, bentuknya seperti
serabut, dinamakan akar serabut (radix adventicia). Tanaman genjer merupakan tanaman yang mempunyai
daun yang termasuk
kategori daun lengkap,
memiliki ujung daun meruncing
dengan pangkal yang
tumpul, tepi daun
rata, panjang 5-50
cm, lebar 4-25 cm,
pertulangan daun sejajar,
dan berwarna hijau.
Batang tanaman genjer memiliki
panjang 5-75 cm, tebal, berbentuk segitiga dengan banyak uang udara, terdapat
pelapis pada bagian dasar. Berdasarkan pada letaknya, bunga pada tanaman genjer
ini terdapat di
ketiak daun ( flos lateralis atau flos
axillaries), majemuk, berbentuk payung, terdiri dari 3-15 kuntum,
kepala putik bulat, ujung melengkung ke
arah dalam, dan berwarna kuning (Anonim 2009).
Berdasarkan
hasil analisis penelitian Ikawati (2012), menjelaskan bahwa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan genjer yaitu faktor fisika dan kimia. Diantara faktor
kimia yang mempengaruhi pertumbuhan genjer adalah oksigen terlarut (DO)
berkisar antara 3,31– 6,73 mg/L dan pH dengan nilai optimum yaitu 6,5
sampai 7,5. Namun pada hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa genjer mampu
hidup pada kondisi pH 5 – 6. Sedangkan faktor fisika yang berpengaruh dalam
pertumbuhan genjer adalah suhu optimum berkisar antara 100 – 380
C.
2.4 Distribusi Penyebaran Pertumbuhan
Genjer (Limnocharis flava)
Tanaman genjer biasa hidup di air, sawah ataupun
rawa-rawa. Tanaman ini mempunyai akar serabut. Akar lembaga dari tanaman ini
dalam perkembangan selanjutnya mati atau kemudian disusul oleh sejumlah akar
yang kurang lebih sama besar dan semuanya keluar dari pangkal batang. Akar-akar
ini bukan berasal dari calon akar yang asli yang dinamakan akar liar, bentuknya
seperti serabut, dinamakan akar serabut (radix adventicia).
Tanaman genjer merupakan tanaman yang mempunyai daun yang
termasuk kategori daun lengkap, memiliki ujung daun meruncing dengan pangkal
yang tumpul, tepi daun rata, panjang 5-50 cm, lebar 4-25 cm, pertulangan daun
sejajar, dan berwarna hijau. Batang tanaman genjer memiliki panjang 5-75 cm,
tebal, berbentuk segitiga dengan banyak ruang udara, terdapat pelapis pada
bagian dasar. Berdasarkan pada letaknya, bunga pada tanaman genjer ini terdapat
di ketiak daun (flos lateralis atau flos axillaries), majemuk,
berbentuk payung, terdiri dari 3-15 kuntum, kepala putik bulat, ujung
melengkung ke arah dalam, dan berwarna kuning (Anonim 2009).
2.5 Manfaat Genjer (Limnocharis
flava)
Menurut
Heyne (1987) dalam
Alfa (2003) di daerah Toba, genjer digunakan sebagai makanan ternak terutama
babi. Tanaman genjer juga dapat dibudidayakan sebagai tanaman hias, selain itu
genjer juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu jenis sayuran. Menurut Alfa
(2003) di Jawa Barat, daun-daun muda dan bunga majemuk yang belum mekar
merupakan sayuran yang sering dijual di pasar. Pemanfaatan tanaman genjer
secara umum diantaranya sebagai sayuran, pakan ternak, tanaman fitofiltrasi
terhadap polusi air, tanaman penghias kolam, dan sebagai pupuk (Abilash et al. 2009).
Berdasarkan
hasil penelitian oleh Dwiyanti dan Bambang (2006), menjelaskan bahwa tanaman
genjer memiliki potensi untuk menjadi salah satu upaya pengendalian pencemaran
perairan. Salah satu upaya tersebut adalah keefektifan biofilter tanaman genjer
terhadap pengolahan limbah budidaya ikan dengan sistem resikulasi. Hal ini
terbukti dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah 8 hari pengamatan,
efektivitas penurunan parameter NH3, NO3, dan NO2 terbesar adalah pada penggunaan tanaman air
genjer dengan nilai efektivitas 25,59%, 27,29%, dan 26,73%, sedangkan untuk
parameter PO4efektivitas terbesaradalah penggunaan tanaman air hydrilla yaitu
24,39%. Hal ini terbukti dengan hasil analisis yang dijelaskan pada tabel 2
Tabel 2 Penyerapan NH3 dan NO2 oleh tanaman genjer
Waktu Retensi
(Hari)
|
Konsentrasi
|
|
NH3
|
NO2
|
|
0
|
1.054
|
0.490
|
2
|
0.967
|
0.455
|
3
|
0.912
|
0.424
|
4
|
0.894
|
0.399
|
5
|
0.855
|
0.387
|
6
|
0.813
|
0.376
|
7
|
0.807
|
0.365
|
8
|
0.784
|
0.359
|
Selain
dimanfaatkan sebagai bifilter ternyata tanaman genjer juga di manfaatkan
sabagai makanan bagi sebagian masayarakat indonesia. Tanaman genjer
(L. flava)
mengandung gizi yang
cukup lengkap, dari protein, lemak, karbohidrat, mineral dan
vitamin. Nilai masing-masing komponen gizi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan gizi tanaman genjer (L. flava)
Sumber:
(a)
Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan (1992), diacu dalam Astawan dan Kasih
(2008)
(b)
Bujang et al. (2009), jumlah dalam berat kering
- PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Genjer (L.
flava) merupakan tanaman
yang hidup di
rawa atau kolam berlumpur yang
banyak airnya. Tanaman
ini berasal dari
Amerika, terutama bagian negara
beriklim tropis. Selain
daunnya, bunga genjer
muda juga enak dijadikan masakan.Tanaman air genjer juga memiliki
manfaat yang sangat besar bagi lingkungan yaitu mampu menjadi biofilter
pencemaran air di perairan selain itu tanaman genjer juga biasa dimanfaatkan
sebagai sayuran karena nilai gizi yang sangat tinggi.
Tanaman
genjer biasa hidup di air, sawah ataupun rawa-rawa. Tanaman ini mempunyai akar
serabut. Akar lembaga
dari tanaman ini
dalam perkembangan selanjutnya mati
atau kemudian disusul
oleh sejumlah akar
yang kurang lebih sama besar dan semuanya keluar dari
pangkal batang.
Tanaman
genjer memiliki potensi untuk menjadi salah satu upaya pengendalian pencemaran
perairan. Salah satu upaya tersebut adalah keefektifan biofilter tanaman genjer
terhadap pengolahan limbah budidaya ikan dengan sistem resikulasi. Hal ini
terbukti dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah 8 hari pengamatan,
efektivitas penurunan parameter NH3, NO3, dan NO2 terbesar adalah pada penggunaan tanaman air
genjer dengan nilai efektivitas 25,59%, 27,29%, dan 26,73%, sedangkan untuk
parameter PO4efektivitas terbesaradalah penggunaan tanaman air hydrilla yaitu
24,39%.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar
dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi, atas perhatiannya
penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Abilash PC.
Pundey VC, Srivastava P, Rakesh PS, Chandran S, Singh N, Thomas AP. 2009.
Phytofiltration of cadmium from water by Limnocharis
flava (l.) grown in free-floating culture system. Journal of Huzurdous Materials.
Vol. 170: 791-797.
Astawan, M.
2008. Bahaya Logam
Berat dalam Makanan.
http://www.bmf.litbang.depkes.go.id. 8 Desember
2014.
Devi,
D. S dan B. Gunadi.2006. Efektivitas Biofilter Tanaman Air terhadap Pengolahan
Limbah Budidaya Ikan dengan Sistem Resirkulasi. Seminar Nasional Limnologi.
Widya Graha LIPI Jakarta.Jakarta.
Hermanto.,
Salmi., W. Srimadani., Hermawati N. Z. dan N. Lestarie. 2011. “TAJER” NATA DE
GENJER Cemilan Sehat Harga Bersahabat. Program Kreativitas Mahasiswa
Kewirausahaan. Institut Pertanian Bogor.Bogor.
Haynes
RR dan Les DH. 2004. Alismates (water plantains).
Ikawati,
S., A. Zulfikar and D. Azizah.2011. Fitoremediation Effectivity and Efficiency
of Yellow velvetleaf (Limnocharis flava).
Aquatic Resource Management.1(1):
1-7.
Martins,
E.G.F and K. P. Calligaris.2002. Chromosomal studies on Neotropical
Limnocharitaceae (Alismatales). Aquatic
Botany.74 : 33–41.
Padmiari,
I. A. E.2010. Manfaat Buah- buahan dan Sayur- sayuran. Politeknik Kesehatan
Depkes Ri.Denpasar.
Priyanti
dan E. Yunita. 2013. Uji Kemampuan Daya Serap Tumbuhan Genjer (Limnocharis flava) terhadap Logam Berat
Besi (Fe) dan Mangan (Mn). Prosiding Semirata FMIPA Universitas
Lampung.Lampung.
Sriyati,
S.2009. Bahan Ajar Botani Phanerogamae. FMIPA UPI Bandung.
Komentar
Posting Komentar